Sejarah Berdirinya Kota Padang
Sunday, September 26, 2010
Terdapat 2 buah versi mengenai sejarah berdirinya
kota Padang, yaitu: versi Tambo dan versi Hofman seorang opperkoopman di
Padang pada tahun 1710 dan juga pengarang mengenai adat dan sejarah
Minangkabau (terutama adat matrilineal). Opperkoopman sebutan pada wakil
Belanda untuk suatu daerah yang belum ditaklukkan Belanda. Kota Padang
belum ditaklukkan saat itu sedangkan untuk daerah jajahan Belanda
seperti Ambon, Banda, Ternate dan Jawa penguasanya dinamakan Gubernur.
Kota Padang menurut Hofman, dinamakan
Padang karena dulu merupakan lapangan besar dan luas yang dikelilingi
oleh pegunungan tinggi.
Pada awalnya tempat bermukim para penangkap ikan, pedagang dan petani
garam yang dikepalai oleh seorang makhudun. Orang kedua yang menjadi
kepala adalah dari golongan agama dari Passai yang bergelar Sangguno
Dirajo.
Suatu saat terjadi peperangan antara orang padang dengan orang
pegunungan dari XIII-Koto karena terbunuhnya Serpajaya oleh anak buah
makhudun yang bernama Campang Cina. Dalam serbuannya yang pertama
orang-orang dari XIII-Koto dapat dikalahkan dengan korban sebanyak 30
orang.
Karena takut akan serangan besar berikutnya, orang Padang mengirim
utusan untuk berdamai yang bernama Datuk Bandaro Pagagar bersama wakil
rakyat kota Padang. Ganti rugi yang diminta orang XIII-Koto adalah emas.
Orang Padang keberatan dengan ganti rugi ini karena terlalu mahal dan
mereka kebanyakan adalah nelayan.
Oleh karena itu ditawarkan separuh kota Padang dan bersumpah setia
untuk tunduk kepada XIII-Koto, sejak saat itu orang XIII-Koto memiliki
hak yang sama dengan orang Padang dan mendapat 4 dari 8 kursi penghulu
di kota Padang.
Menurut versi Tambo, jauh sebelum orang pegunungan mendiami kota
Padang sekarang, daerah itu merupakan hutan lebat yang masih didiami
oleh manusia liar (urang rupit dan urang tirau).
Orang pertama yang turun ke Padang adalah dari Kubuang Tigo Baleh
(Solok) yang dipimpin oleh Maharajo Besar suku Caniago Mandaliko dan
memilih tinggal di Binuang dan kemudian menyebar diantara Muaro sampai
Ikua Anduriang (Pauh IX).
Kelompok kedua yang datang adalah orang dari Siamek Baleh (antara
Singkarak dan Solok) dan disusul dengan orang dari Kurai Banuampu
(Agam). Mereka menetap dibagian timur daerah Maharajo Besar.
Diantara pemimpin yang baru datang ini adalah Datuk Paduko Amat dari
suku Caniago Simagek, Datuk Saripado Marajo dari suku Caniago Mandaliko,
Datuk Sangguno Dirajo dari suku Koto beserta saudaranya Datuk Patih
Karsani. Konon Datuk Patih Karsani ditempat yang baru banyak mendapat
benda berharga seperti porselen, pisau, meriam kecil dan sebuah pedang
(padang). Maka menurut yang mempunyai cerita dinamakanlah kota itu Kota
Padang.
referensi: Rusli Amran, Sumatera Barat hingga Plakat Panjang, 1981
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 comments: